Selasa, 27 Februari 2018

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM DALAM PEMBELAJARAN SAINS


       1.      Pengertian Model Pembelajaran Quantum (Quantum Teaching)
Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Quantum Teaching merupakan pengubahan belajar yang meriah, dengan segala nuansanya. Quantum Teaching juga menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar.
Quantum Teaching berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan kerangka untuk belajar. Quantum Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi lebih baik yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain (De Porter, 2005: 5).
Model pembelajaran kuantum (quantum teaching) dibedakan menjadi dua kategori yaitu konteks dan isi. Kategori konteks meliputi:
1)      Lingkungan yang mendukung
2)      Suasana yang memberdayakan
3)       landasan yang kukuh, dan
4)      Rancangan belajar yang dinamis.
Sedangkan dalam kategori isi meliputi :
1)      Penyajian yang prima
2)      Fasilitas yang luwes
3)      Keterampilan belajar untuk belajar, dan
4)      Keterampilan hidup.

Tujuan dari pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah sebagai berikut.
1.    Menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
2.    Menciptakan proses belajar yang menyenangkan.
3.    Menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak.
4.    Membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir.
5.    Membantu mempercepat dalam pembelajaran

Model Pembelajaran Quantum  berusaha menggabungkan peningkatan multi sensori dan multi kecerdasan dengan otak yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan siswa untuk berprestasi. Quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, Para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model quantum teaching merupakan suatu perencanaan pembelajaran terarah yang membuat nuansa belajar menyenangkan dengan memadukan unsur seni, sehingga menimbulkan interaksi pembelajaran yang dinamis untuk menciptakan prestasi belajar yang tinggi.

      2.      Karakteristik Model Quantum Teaching
Pembelajaran kuantum atau quantum teaching memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Menurut Hamdayama (2013: 71) beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum atau quantum teaching sebagai berikut:
a.       Model quantum teaching berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum.
b.    Model quantum teaching lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, hewanistis, dan nativistis.
c. Model quantum teaching lebih bersifat konstruktivistis, bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan naturasionistis.
d.  Model quantum teaching berupaya memadukan (mengintegrasikan), menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
e.       Model quantum teaching memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
f.       Model quantum teaching sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
g.   Model quantum teaching menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
h.      Model quantum teaching menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
i.        Model quantum teaching memadukan konteks dan isi pembelajaran.
j.        Model quantum teaching memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, prestasi fisikal atau material.

      3.      Prinsip-prinsip Model Quantum Teaching
Pembelajaran Quantum Teaching memiliki prinsip-prinsip yang perlu diterapkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Prinsip-prinsip ini adalah :
a.       Segalanya berbicara
Segalanya yang berada dilingkungan memberikan makna tentang belajar. Bahasa tubuh yang ada pada seseorang sesungguhnya mengirimi pesan tentang belajar.
b.      Segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam pengubahan, semuanya mempunyai tujuan.
c.        Pengalaman sebelum pemberian nama
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari.
d.      Akui setiap usaha
Pada saat siswa mengambil langkah mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
e.        Jika layak dipelajari layak pula dirayakan
Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dalam belajar.

Penerapan model quantum teaching dalam proses pembelajaran memiliki prinsip-prinsip yang komprehensif. Prinsp-prinsip tersebut mencakup merancang segala aspek lingkungan kelas maupun sekolah menjadi sumber belajar siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa, memberikan pengalaman terlebih dahulu, sehingga mampu menanamkan konsep terhadap materi pembelajaran, memberikan penghargaan terhadap usaha siswa, dan memberikan umpan balik positif yang dapat mendorong semangat belajar siswa.

      4.      Langkah-langkah Model Quantum Teaching
Quantum teaching bersandar pada suatu konsep yang berbunyi bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa. Inilah asas utama alasan dasar dibalik segala strategi, model, dan keyakinan quantum teaching. Segala hal yang dilakukan dalam kerangka quantum teaching, setiap interaksi dengan siswa, rancangan kurikulum, dan metode instruksional dibangun berdasarkan asas utama.
Asas utama model quantum teaching mengingatkan pentingnya memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama. Tindakan ini akan memberikan peluang atau izin pada guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengaitkan apa yang diajarkan guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, dan akademis siswa. Setelah kaitan itu terbentuk, siswa dapat dibawa ke dunia guru dan memberi siswa pemahaman tentang isi pembelajaran. Pada tahap ini, rincian belajar dijabarkan (De Poter, 2005: 6-7).
Berdasarkan asas utama tersebut, tercipta rancangan langkah-langkah model quantum teaching dikenal dengan singkatan TANDUR yang merupakan kepanjangan dari tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan. Unsur-unsur tersebut membentuk basis struktural keseluruhan yang melandasi model quantum teaching (De Poter, 2005: 9).

a. Tumbuhkan
Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami.
Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.

b. Alami
Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep “alami” mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
Pada konsep alami guru memberikan cara terbaik agar siswa memahami informasi, memberikan permainan atau kegiatan yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki, sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengetahuan yang melekat.

c. Namai
Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang “namai” mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar. Pertanyaan yang dapat memandu guru dalam memahami konsep “namai” yaitu perbedaan yang perlu dibuat dalam belajar, apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa, strategi kiat jitu, alat berpikir yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan.

d. Demonstrasikan
Tahap ini masih pada kegiatan inti, pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, melakukan percobaan, menyusun laporan, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.


e. Ulangi
Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Guru memberikan ulangan tentang apa yang sudah dipelajari, strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan pertanyaan post tes.

f. Rayakan
Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa puas, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut. Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan adalah untuk pelajaran ini, cara yang paling sesuai untuk merayakannya, bagaimana dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta  kelas, memberikan reward berupa tepukan.

      5.      Kelebihan dan Kekurangan Model Quantum Teaching
Model Quantum Teaching memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana berikut: Menurut Sunandar (2012) menyatakan kelebihan dan kekurangan model Quantum Teaching sebagai berikut:
a. Kelebihan Quantum Teaching.
          1.      Selalu berpusat pada apa yang masuk akal bagi siswa. 
          2.      Menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa.
          3.      Adanya kerjasama.
          4.      Menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak dipahami siswa.
          5.      Menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam diri sendiri.
          6.      Belajar terasa menyenangkan.
          7.      Ketenangan psikologi.
          8.      Adanya kebebasan dalam berekspresi.

b. Kekurangan Quantum Teaching
1.      Memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung.
2.      Memerlukan fasilitas yang memadai.
3.      Model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia.
4.      Kurang dapat mengontrol siswa.

Sekian pembahasan tentang efektifitas model pembelajaran quantum dalam pembelajaran sains pada bacaan diatas penulis hanya menjelaskan tentang konsep pembelajaran kuantum sehingga untuk itu penulis ingin berdiskusi dengan pembaca tentang :
1.  Salah satu konteks dalam model pembelajaran Quantum, yaitu lingkungan yang mendukung. Menurut pembaca lingkungan yang mendukung bagaimana yang diperlukan pada model pembelajaran ini?
2.         Apakah model pembelajaran Quantum ini efektif untuk diterapkan pada kurikulum 2013? Berikan alasan saudara.
3.        Apakah yang menjadi kendala atau kesulitan yang mungkin dihadapi oleh seorang guru ketika menerapkan model pembelajaran Quantum dimana model ini kurang beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia?



Rabu, 21 Februari 2018

SISTEM PENILAIAN PROSES PEMBELAJARAN SAINS

PENILAIAN
Menurut Depdiknas (2004) Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauhmana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar Peserta Didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau hasil belajar seorang siswa Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).
Ciri penilaian menurut Sudjana (2005) adalah adanya objek atau program yang di-nilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan berdasarkan kriteria. Perbandingan tersebut dapat bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kri-teria yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif, artinya hasil perbandingan lebih menggambarkan posisi suatu objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama.

TUJUAN PENILAIAN
Sudjana (2005) menyebutkan bahwa tujuan dari penilaian adalah:
1.      Mendeskripsikan kecakapan belajar pada siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2.      Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
3.      Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal progam pendidikan dan pengajaran serta stra-tegi pelaksanaannya.
4.      Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah ke-pada pihak-pihak yang berkepentingan.

FUNGSI PENILAIAN
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa. Oleh sebab itu dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Dengan mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran.
Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan proses pebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). Sejalan dengan pengertian diatas maka penilaian berfungsi sebagai berikut:
     a.       Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan pembelajaran sebagai penjabaran dari kompetensi mata pelajaran.
    b.      Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajar siswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru, media pembelajaran, dll.
     c.       Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
PENILAIAN PROSES PEMBELAJARAN
Penilaian proses merupakan penilaian yang menitikberatkan sasaran penilaian pada tingkat efektivitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian proses pembelajaran adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Penilaian proses merupakan upaya mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan proses belajar mengajar.
Sasaran yang dinilai dalam penilaian proses adalah tingkat efektivitas KBM dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Jenis penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa untuk keperluan perbaikan dan peningkatan kegiatan belajar siswa serta untuk memperoleh umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar.
Penilaian proses dan hasil belajar dilakukan untuk memantau kemajuan siswa dan menilai penguasaan kompetensi yang diharapkan. Hasil penilaian ini mencerminkan tingkat efektivitas pembelajaran. Penilaian proses dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tanya jawab, observasi partisipasi siswa dalam diskusi, atau observasi kinerja dalam berlatih menguasai keterampilan tertentu, yang disertai dengan balikan. Oleh karena fungsinya untuk memantau dan memperbaiki, maka penilaian proses harus dilakukan secara berkesinambungan.
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik
(authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Penilaian proses dan hasil belajar siswa tercermin dalam nilai ujian tengah semester, nilai ujian akhir semester, dan nilai akhir siswa dalam mata pelajaran tersebut. Nilai–nilai ini digunakan oleh guru dan tim sekolah sebagai salah satu tolok ukur efektivitas pembelajaran, yang kemudian ditindaklanjuti dengan perbaikan jika diperlukan.
Untuk mengetahui kegiatan kemajuan belajar, serta hasil belajar dapat digunakan 3 jenis penilaian, yaitu : ulangan harian (formatif), tugas dan pekerjaan rumah, serta ulangan umum (sumatif).
    1)      Ulangan harian dapat dilakukan dalam bentuk tulis, lisan/mencongak, perbuatan, dan pengamatan pada setiap akhir pokok bahasan. Ulangan harian dilaksanakan minimal 4 kali dalam satu semester.
   2)      Tugas dan pekerjaan rumah dilaksanakan untuk setiap mata pelajaran di setiap tingkatan/kelas. Pemberian tugas dan pekerjaan rumah dilakukan secara teus menerus dengan menggunakan teknik yang bervariasi, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran (pokok bahasan). Pelaksanaan pemberian tugas dan pekerjaan rumah hendaknya memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut.
a)         Jumlah tugas dan pekerjaan rumah hendaknya tidak memberatkan siswa.
b)        Tujuan pokok pemberian tugas dan pekerjaan rumah adalah agar siswa dapat menerapkan atau menggunakan apa yang telah dipelajarinya.
c)         Waktu pemberian tugas dan pekerjaan rumah diatur sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi dalam waktu yang sama.
     3)      Ulangan umum (sumatif) dilakukan dalam bentuk tulis, lisan, atau perbuatan pada akhir semester. Alat penilaian yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik setiap mata pelajaran, tingkat kelas, dan kondisi yang ada. Bentuk soal uraian lebih diutamakan, dengan maksud untuk merangsang daya pikir siswa dan melatih siswa dalam mengemukakan pendapat, tanggapan, dan pemikirannya

Jenis penilaian yang pertama dari kedua (ulangan dan tugas/pekerjaan rumah) dapat dikategorikan sebagai penilaian proses, sedangkan jenis penilaian yang ketiga (ulangan umum) termasuk penilaian hasil belajar.  Penilaian proses dapat dilakukan dengan menggunakan dua jenis alat penilaian, yakni menggunakan alat yang berupa tes dan nontes. Jenis tes yang dapat digunakan berupa tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan/tindakan. Para ahli menyarankan, sebaiknya tes yang digunakan dalam penilaian proses berupa tes uraian, bukan tes objektif, dengan pertimbangan tes uraian dapat mendorong siswa untuk berpikir analitis, kritis, dan kreatif.
Penilaian proses dan hasil belajar siswa tercermin dalam nilai ujian tengah semester, nilai ujian akhir semester, dan nilai akhir siswa dalam mata pelajaran tersebut. Nilai–nilai ini digunakan oleh guru dan tim sekolah sebagai salah satu tolok ukur  efektivitas pembelajaran, yang kemudian ditindaklanjuti dengan perbaikan jika diperlukan.
Pusat perhatian penilaian proses belajar adalah tingkat efektivitas proses kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pengajaran sedangkan pusat perhatian penilaian hasil belajar adalah tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Keduanya bersifat saling mengisi, masalah proses dan hasil sama pentingnya. Hasil yang baik dapat dicapai jika proses belajar mengajarnya baik dan proses yang baik akan dapat melahirkan hasil yang baik pula. 
Tujuan penilaian proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar, terutama efesiensi, keefektifan, dan produktivitas dalam mencapai tujuan pengajaran. Dimensi penilaian proses belajar mengajar berkenaan dengan komponen-komponen proses belajar mengajar seperti:
1. Tujuan pengajaran atau instruksional
2. Bahan pengajaran
3. Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya.
4. Kondisi guru dan kegiatan belajarnya.
5. Alat dan sumber belajar yang digunakan.
6. Tehnik dan cara pelaksanaan penilaianya

KRITERIA PENILAIAN PROSES
Penilaian proses belajar mengajar memiliki beberapa kriteria, dimana Kriteria ini penting sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar-mengajar.
1.    Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum.
Kurikulum adalah   program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai acuan apa yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses belajar mengajar dilihat sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek:
a.Tujuan-tujuan pengajaran
b.Bahan pengajaran yang diberikan
c.Jenis kegiatan yang dilaksanakan
d.Cara melaksanakan setiap jenis kegiatan
e. Peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan
f. Penilaian yang digunakan untuk setiap tujuan.

2. Keterlaksanaannya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan apa yang direncanakan dapat diwujudkan sebagaimana seharusnya, keterlaksanaan ini dapat dilihat dalam hal :
a. Mengkodisikan kegiatan belajar siswa.
b. Menyiapkan alat, sumber dan perlengkapan belajar.
c. Waktu yang disediakan untuk waktu belajar mengajar.
d. Memberikan bantuan dan bimbingan belajar kepada siswa.
e.  Melaksanakan proses dan hasil belajar siswa.
f.  Menggeneralisasikan hasil belajar saat itu dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar   mengajar berikutnya.

3. Keterlaksanaannya oleh siswa
Dilihat sejauh mana siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti, hal ini mencakup:
a.    Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru.
b.    Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar.
c.    Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
d.   Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru.
e.    Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.


4. Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar . dalam hal :
a.    Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.
b.    Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya.
c.    Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.
d.   Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.
e.    Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

       5.      Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar , keaktifan siswa dapat dilihat dalam  hal :
a.     Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b.    Terlibat dalam pemecahan masalah.
c.     Bertanya kepada teman atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi.
d.    Berusaha tahu mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e.     Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f.     Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g.    Melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal yang sejenis.
h.    Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

        6.      Interaksi guru dan siswa
Interaksi guru dan siswa berkenaan dengan hubungan timbal balik dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat dilihat:
a.       Tanya jawab atau dialog antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa.
b.      Bantuan guru terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual mupun secara kelompok.
c.       Dapatnya guru dan siswa tertentu dijadikan sumber belajar.
d.      Senangtiasa beradanya guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator belajar.
e.       Tampilnya guru sebagai pemberi jalan eluar manakala siswa menghadapi jalan buntu dalam tugas belajarnya.
f.       Adanya kesempatan mendapat umpan balik secara berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

7. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar
Keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang professional dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator dalam menilai kemampuan ini antara lain :
a.         Menguasai bahan pelajaran yang diajarkan kepada siswa.
b.         Terampil berkomunikasi dengan siswa.
c.         Menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan kegiatan kelas.
d.        Terampil mengunakan berbagai alat dan sumber belajar.
e.         Terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan.

 8. Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:
a.       Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
b.      Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa.
c.       Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah intrusional yang harus dicapai.
d.      Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.
ASPEK PENILAIAN
Tujuan IPA (Sains) adalah menguasai pengetahuan IPA (Sains), memahami dan menerapkan konsep IPA, menerapkan keterampilan proses, dan mengembangkan sikap. Tujuan penilaian ini sejalan dengan tiga aspek dalam kerangka kurikulum IPA seperti ditunjukkan di bawah:
1. Penilaian Pengetahuan, pemahaman dan penerapan konsep IPA
2. Penilaian Keterampilan dan Proses
3. Penilaian karakter dan sikap (sikap ilmiah)

Penjelasan ketiga jenis penilaian tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1.      Penilaian Pengetahuan, Pemahaman dan Penerapan Konsep IPA
Penilaian pengetahuan IPA merupakan produk dari pembelajaran IPA. Penilaian ini bertujuan untuk melihat penguasaan peserta didik terhadap fakta, konsep, prinsip, dan hukum-hukum dalam IPA dan penerapannya dalam kehidupan. Peserta didik diharapkan dapat menggunakan pemahamannya tersebut untuk membuat keputusan, berpartisipasi di masyarakat, dan menanggapi isu-isu lokal dan global.

2.      Penilaian Keterampilan Proses
Penilaian dilakukan tidak hanya terhadap produk, tetapi juga proses. Penilaian proses IPA dilakukan terhadap keterampilan proses IPA, meliputi keterampilan dasar IPA dan keterampilan terpadu tingkat awal. Keterampilan proses IPA dasar meliputi observasi, inferensi, melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, klasifikasi, komunikasi, dan prediksi. Di samping itu, peserta didik mulai diperkenalkan dengan kemampuan melakukan percobaan sederhana dengan dua variabel atau lebih untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel. Peserta didik juga dilatih mengkomunikasikan hasil belajarnya melalui berbagai bentuk sepeti debat, diskusi, presentasi, tulisan, dan bentuk ekspresif lainnya. Dari berbagai keterampilan proses ilmiah, berikut adalah enam keterampilan dasar yang perlu dikuasai untuk peserta didik. 
a. Observasi
Penilaian keterampilan melakukan observasi dinilai pada saat melakukan observasi dalam rangka memperoleh data hasil penginderaan terhadap objek dan fenomena alam menggunakan panca indera. Informasi yang diperoleh menimbulkan rasa ingin tahu, pertanyaan, interpretasi, dan investigasi.
b. Komunikasi
Keterampilan berkomunikasi secara ilmiah menggunakan berbagai cara, seperti menggunakan grafik, carta, peta, simbol, diangram, rumus matematis, dan demonstrasi visual, baik secara tertulis maupun lisan.
c. Klasifikasi
Keterampilan melakukan klasifikasi diperlukan untuk mengelompokkan berbagai objek untuk mempermudah mempelajarinya, berdasarkan persamaan, perbedaan, dan saling keterkaitan obyek.
d. Pengukuran
Keterampilan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur standar untukmelakukan observasi secara kuantitatif, membandingkan, dan mengklasifikasikan, serta mengkomunikasikannya secara efektif. Alat pengukuran meliputi penggaris, meteran, neraca, gelas ukur, termometer, pH meter, Higrometer, dan sebagainya.
e. Inferensi
Keterampilan melakukan interpretasi dan menjelaskan kejadian di sekitar kita.Kemampuan ini dibutuhkan antara lain untuk menyusun hipotesis. Interpretasi menghubungkan pengalaman lampau dengan apa yang sedang dilihat.
f. Prediksi
Keterampilan melakukan prediksi ditentukan oleh observasi yang teliti dan inferensi untuk memprediksi apa yang akan terjadi untuk menentukan reaksi yang tepat terhadap lingkungan.
g. Percobaan Sederhana
Keterampilan melakukan percobaan diawali dengan kemampuan menyusunpertanyaan, mengidentifikasi variabel, mengemukakan hipotesis, mengidentifikasi variabel kontrol, membuat desain percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data, dan interpretasi data.

3. Penilaian sikap
    Penilaian sikap ilmiah meliputi sikap obyektif, terbuka, tidak menerima begitusaja sesuatu sebagai kebenaran, ingin tahu, ulet, tekun, dan pantang menyerah. Selain itu, kemampuan bekerjasama, bertukar pendapat, mempertahankan pendapat, menerima saran, dan kemampuan sosial lainnya dapat juga dilakukan melalui pembelajaran IPA.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada artikel diatas, penulis ingin mendiskusikan beberapa pertanyaan dengan para pembaca,sebagai berikut:
1.   Menurut anda, Apakah penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar itu sama atau berbeda? Coba anda jelaskan!
2.    Bagaimana cara melaksanakan penilaian proses pembelajaran sains pada kurikulum 2013?
3.    Bagaimana fungsi penilaian proses terhadap perkembangan peserta didik?

                                             -TERIMA KASIH-

 

Model dan Evaluasi Pembelajaran Sains Template by Ipietoon Cute Blog Design