Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu
pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai
kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam
kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang
diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu model
pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi
menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem
penunjang yang disyaratkan.
Menurut Amri (2013: 34)
model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki empat ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:
1)
Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2)
Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai).
3)
Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil.
4)
Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Model pembelajaran IPA
menggambarkan bagaimana pembelajaran IPA dilakukan. Dewasa ini telah
dikembangkan bermacam-macam model pembelajaran oleh para ahli. Di antara
model-model pembelajaran tersebut ada yang dirancang secara umum tetapi cocok
digunakan untuk pembelajaran IPA, namun ada yang memang dirancang khusus atau khas untuk pembelajaran IPA. Beberapa model
tersebut akan diuraikan, agar dapat dipahami karakteristiknya masing-masing.
1.
MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada hasil penelitian
Barrow and Tamblyn (1980, Barret, 2005) dan pertama kali diimplementasikan pada
sekolah kedokteran di McMaster University Kanda pada tahun 60-an. PBM sebagai
sebuah pendekatan pembelajaran diterapkan dengan alasan bahwa PBM sangat
efektif untuk sekolah kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan
kemudian dituntut untuk memecahkannya.
Model
pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal
pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Problem Based Learning merupakan
model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real
world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem
Based Learning adalah pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam
kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan
pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan
memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim.
Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan
masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik
Model Problem Based Learning
Ciri
yang paling utama dari model pembelajaran Problem Based Learning yaitu
dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya.. Menurut Arends (Trianto,
2007,h. 68), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah
memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Pengajuan
pertanyaan atau masalah
b. Berfokus
pada keterkaitan antar disiplin ilmu
c. Penyelidikan
autentik (nyata)
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
e. Kolaboratif
Tahap-Tahap
dalam Problem Based Learning
Pelaksanaan
model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap proses, yaitu (Trianto,
2007:70 ):
- Tahap pertama, adalah proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.
- Tahap kedua, mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
- Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
- Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.
- Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.
Kelebihan
dan Kelemahan Model Problem Based Learning
Kelebihan
Sebagai
suatu model pembelajaran, Problem Based Learning memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya (Sanjaya, 2007:45):
1. Menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa.
2. Meningkatakan
motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu
siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata.
4. Membantu
siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa
untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
5. Mengembangkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6. Memberikan
kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
7. Mengembangkan
minat siswa untuk secaraterus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir.
8. Memudahkan
siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah
dunia.
Kelemahan
Disamping
kebihan di atas, Problem based learning juga memiliki kelemahan, diantaranya
(Sanjaya, 2007:45):
1. Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencobanya.
2. Untuk
sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang
diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang
mereka ingin pelajari.
3. Dalam suatu
kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan
dalam pembagian tugas
4. Membutuhkan
kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif,
artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik
2. MODEL
DISCOVERY LEARNING
Penemuan
(discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan
pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64) discovery
learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi
pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa
mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014: 97) mengungkapkan bahwa
discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang
diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Model
Discovery Learning merupakan pembelajaran yang
menekankan pada pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau
ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara
aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan
atau permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan
yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan
sendiri
Penggunaan
discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan
kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher
oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya
menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery, siswa
menemukan informasi sendiri. Mengaplikasikan model discovery learning guru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan.
Karakteristik
Model Discovery Learning
a) Peran guru sebagai pembimbing;
b) Peserta didik belajar secara
aktif sebagai seorang ilmuwan;
c) Bahan ajar disajikan dalam bentuk
informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.
Langkah-langkah Model Discovery
Learning
Pengaplikasian
model discovery learning dalam pembelajaran, terdapat beberapa tahapan yang
harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani (2014: 68-71) mengemukakan
langkah-langkah operasional model discovery learning yaitu sebagai berikut.
a. Langkah persiapan model
discovery learning
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
3) Memilih materi pelajaran.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari
siswa secara induktif.
5)Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contohcontoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
b.
Prosedur aplikasi model discovery learning
1)
Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)
Pada
tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
2)
Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis.
3)
Data collection (pengumpulan data)
Tahap
ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
4)
Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan
sebagainya. Tahap ini berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi,
sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang
perlu mendapat pembuktian secara logis
5)
Verification (pembuktian)
Pada
tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif dan
dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
6) Generalization (menarik
kesimpulan)
Tahap
generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Discovery Learning
Kelebihan
Kelebihan
dari model discovery learning yakni sebagai berikut:
a. Membantu
siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan
proses-proses kognitif.
b. Pengetahuan
yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan, dan transfer
c. Dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
d. Membantu
siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lain.
e. Mendorong
keterlibatan keaktifan siswa.
f. Mendorong
siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
g. Melatih
siswa belajar mandiri.
h. Siswa
aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir
Kekurangan
Kekurangan
dari model discovery learning yaitu
a. Menyita
banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya
sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing,
b. Temampuan
berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan
c. Tidak
semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap model
pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat
diminimalisir agar berjalan secara optimal
3. MODEL
PEMBELAJARAN INQUIRY
Inkuiri
berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Inkuiri
merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan yang dirumuskan. Dalam model pembelajaran inkuiri siswa terlibat
secara mental dan fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.
Model
inkuiri adalah model pembelajaran yang
menekankan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, dimana siswa
dapat menemukan atau meneliti masalah berdasarkan fakta untuk memperoleh data,
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam belajar.
Karakteristik
Model Pembelajaran Inquiry
a. Model inkuiri menekankan kepada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya model
inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, jadi siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,
tetapi mereka berperan sendiri untuk menemukan inti dari materi pelajaran itu
sendiri.
b.
Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa
diarahkan untuk mencari dan menemukan jawab sendiri dari suatu yang
dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap rasa percaya diri.
c.
Tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah
mengembangkan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru mengondisikan
siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak
siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
b. Merumusakan masalah
Langkah yang membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan
yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah dan mencari jawaban yang
tepat.
c.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari
suatu permasalahan yang dikaji dan perlu diuji kebenarannya..
d.
Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas
menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas
dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaanpertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji
hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses
menentukan jawaban yang dianggap diterima dengan data atau informasi yang
diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan
kesimpulan merupakan tujuan akhir dalam proses pembelajaran.
Kelebihan
dan Kekurangan Model Inquiry
Kelebihan
1. Model
inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan
lebih bermakna.
2. Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajar meraka.
3. Model
inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi
belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku.
4. Keuntungan
lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
yang bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar
Kekurangan
1. Jika
model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol
kegiatan dan keberhasilan siswa.
2. Model
ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3. Dalam
mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru
sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Semua
kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka model inkuiri akan sulit diimplemintasikan oleh setiap guru.
4 MODEL PROJECT BASED LEARNING
Project
based learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang
mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek. PjBL adalah model pembelajaran yang
terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari proyek yang
dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata secara
mandiri.
Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL, proses
inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan
membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang
sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha siswa
(Kemdikbud, 2014: 33).
Karakteristik
Project based learning (PjBL)
Model
pembelajaran ini memiliki tujuh karakteristik sebagai berikut:
a.
Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b.
Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
c.
Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan.
d.Peserta
didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan.
e.
Proses evaluasi dijalankan secara kontinu.
f.
Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan.
g.
Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
h. Situasi pembelajaran sangat toleran
terhadap kesalahan dan perubahan.
Langkah-langkah
Model Pembelajaran Project Based Learning
a.
Start With the Essential Question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial
yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan
suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk
siswa. dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b.
Design a Plan for the Project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru
dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang
dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan
yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c.
Create a Schedule
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal
aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek, membuat deadline
(batas waktu akhir) penyelesaian proyek, membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru, membimbing peserta didik ketika mereka membuat
cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan meminta peserta didik untuk
membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d.
Monitor the Students and the Progress
of the Project
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor
terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru
berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses
monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang
penting.
e.
Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam
mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f.
Evaluate the Experience
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses
refleksi dilakukan baik secara individu.
Kelebihan
dan Kelemahan Project Based Learning
Kelebihan
1. Meningkatkan motivasi siswa untuk
belajar dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting
2. Meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang kompleks
3. Membuat siswa lebih aktif
4. Meningkatkan
kemampuan siswa dalam bekerja sama
5. Mendorong siswa
mempraktikkan keterampilan berkomunikasi
6. Meningkatkatkan kemampuan
siswa dalam mengelola sumber daya
7. Memberi pengalaman
kepada siswa
8. Memberikan
kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata
9. Melibatkan siswa
untuk belajar mengumpulkan informasi dan menerapkan pengetahuan tersebut untuk
menyelesaikan permasalahan di dunia nyata
10. Membuat suasana
belajar menjadi menyenangkan.
Kelemahan
1. Memerlukan
banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan
biaya yang cukup banyak
3. Banyak
instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya
peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta
didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan.
6. Ada
kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika
topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Berdasarkan
uraian diatas Penulis ingin mendiskusikan beberapa bertanyaan dengan
pembaca,antara lain:
1. Ketika
guru ingin mengimplementasikan suatu model pada pembelajaran sains hal apa saja atau
karakteristik apa yang menjadi pertimbangan ketika memilih model yang akan di
implementasikan?
2. Setiap
model pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, bisakah kita sebagai seorang
guru mengatasi kelemahan pada model pembelajaran tersebut? Bagaimana caranya?
3. Selain
4 model pembelajaran yang telah diulas diatas, model pembelajaran lain apakah
yang cocok digunakan pada pembelajaran sains?
Banyak hal yang harus di perhatikan guru pada saat mengimplementasikan model pembelajaran. Salah satunya, guru harus memperhatikan apakah sesuai atau tidak antara materi dengan model yang akan di gunakan. Jika sesuai guru bisa melanjutkan penggunaan model tersebut, namun jika tidak guru harus menggantikannya dengan model lain. Agar bisa sinkron antara materi dengan model yg digunakan.
BalasHapusRobin Fogarty (1991) mengatakan terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu yang dapat dugunakan sebagai model pengganti dari model yang penulis artikel tulis.
BalasHapusSalam
Agung Laksono
Assalamualaikum wr.wb
BalasHapusSaya mencoba menanggapi pertanyaan yang terakhir.
Keempat model di artikel yg saudari papar kan adalah model yg dianjurkan dalam pembeljaran sains di k 13 sekarang ini.jika ingin menggunakan model yang lain saya rasa kita juga pernah di membahasnya di mata kuliah ipa terpadu disana ada 10 model yang dijelaskan seperti connected, nested, sequenced,integrated, fragmented, connected, nested, sequenced,
immersed, dan networked
Terima kasih
Saya mencoba menanggapi pertanyaan no 2. Menurt saya cara mengatasi kelemahan dri sebuah model adlah dgn menonjolkan kelebihan dari masing" model trsbt. Sehingga tidak trlihat klemahannya dan guru d tuntut untk bisa propesional dlm menggunakn model trsbt. Cnth model Projek based learning. Klmahan adlah waktu yg lama. Jd guru mampu memeneg wktu agar klmahan it tidak bgt tmpak..
BalasHapusMenaggapi pertanyaan nomor 2. Setiap model pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, bisakah kita sebagai seorang guru mengatasi kelemahan pada model pembelajaran tersebut? Bagaimana caranya?
BalasHapusUntuk mengatasi kelemahan model pembelajaran tersebut guru perlu mempersiapkan perangkat pembelajaran sebaik mungkin, sehingga siswa juga mudah dalam memahami instruksi yang diberikan. Selain itu guru juga perlu melengkapi dengan media pembelajaran yang memadai untuk mengatasi dan memaksimalkan pembelajaran.
Terima kasih,.
Menanggapi pertanyaan No 1 menurut saya
BalasHapus1. Kita terlebih dahulu harus tau keadaan tingkat kecerdasan siswa kita.
2. Tujuan yang hendak dicapai berdasarkan model yang akan kita terapkan
3. Situasi, mIsalnya Situasi kelas dan situasi lingkungan
4.dan yang terakhir sifat pengajaran
Trimakasih
Saya akan menanggapi pertanyaan sdri.Della yaitu: Setiap model pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, bisakah kita sebagai seorang guru mengatasi kelemahan pada model pembelajaran tersebut? Bagaimana caranya?
BalasHapusSetiap model pembelajaran pastilah memiliki sisi kekuatan dan kelemahan. Dalam mengatasi kelemahan model pembelajaran tsb, seorang guru harus bisa menguasai model tsb agar tidak keluar jalur,misalnya saja guru harus tahu bagaimana sintak dari model yg digunakan, guru juga harus bisa menyesuaikan jalannya pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya dan Guru juga harus menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya. Selain itu,guru juga harus bisa mengontrol jalannya KBM dengan baik.
Terima kasih.
Terimakasih artikelnya, sangat bermanfaat. Mencoba menanggapi dan saling berdiskusi tentang pertanyaan terakhir,apakah ada model lain yg cocok untuk pembelajaran sains. Saya pernah membaca buku dan berdiskusi mengenai model pembelajaran terpadu terutama untuk smp yg menggabungkan pembelajaran kimia fisika biologi dalam 1 PBM. Model2 tersebut ada 10 diantaranya ada connected,webbed,shared,dll.. Model ini mungkin cocok jika kita gunakan dalam belajar sains.selain itu model cooperative dengan bermacam tipe nya juga cocok digunakan dalam pembelajaran sains.Terimakasih
BalasHapusTerima kasih ulasannya sangat menarik. Saya akan menanggapi pertanyaan yang no 3. Tentunya ada dan banyak model pembelajaran lain yang cocok untuk pembelajran Sains seperti cooperative learning, collaborative learning, PKPM, Learning cycle 5E,dan 10 model pembelajaran terpadu yang cocok untuk memadukan tiga pembelajaran sains ( fisika, biologi dan kimia) yaitu (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.
BalasHapusAssalamualaikum..
BalasHapusMenurut saya untuk mengatasi kelemahan didalam pembelajaran maka sebaiknya yang mesti disiapkan adalah perangkat pembelajaran yang baik sesuai dengan materi, buatlah rpp dengan seefisien mungkin sehingga tidak memakan waktu yang lama. terimakasih
setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya kemudian bagaimana cara mengatasinya yaitu dengan cara memanfaatkan model pembelajaran lain untuk saling menutupi kekurangan masing-masing model tersebut.
BalasHapussaya akan mencoba menjawab pertanyaan Setiap model pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, bisakah kita sebagai seorang guru mengatasi kelemahan pada model pembelajaran tersebut? Bagaimana caranya?
BalasHapussetiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing,untuk mengatasi hal tersebut guru haruslah mempunyai perangkat pembelajaran,guru harus memahami model pembelajaran yg digunakan,memahami langkah2 dri model pembelajaran tersebut sehingga ketika guru memberikan instruksi kepada siswa,siswa juga mudah dalam memahami instruksi yang diberikan.serta guru bisa juga menggunakan media atau alat pembelajaran agar lebih maksimal dlam proses pengajaran.terimakasih ^_^
Assalamualaikum, saya ingin mencoba menanggapi pertanyaan nomor 1, yang harus diperhatikan adalah melihat situasi pada sekolah tersebut apakah sarana dan prasarana memadai, apakah kondisi siswa cukup (jumlah) dan mampu (kualitasnya), apakah guru mampu mengaplikasikan model tersebut, jika ketiga aspek ini ada maka dapat diterapkan pada sekolah tersebut
BalasHapussharing untuk pertanyaan nomor satu be dela, sangat bnyak model yang dapt digunakan dalam pembelajaran sains tidak hanya terfokus kepda keempat model tersebut saja, contohnya model pembelajran immersed, connected, nested dan model2 pembelajaran terpadu lainnya, guru dapat memnyesuaikan dengan kebutuhan materi dan ketersediaan fasilitas pendukung proses pembelajaran, terimakasih
BalasHapusKetika guru ingin mengimplementasikan suatu model pada pembelajaran sains hal apa saja atau karakteristik apa yang menjadi pertimbangan ketika memilih model yang akan di implementasikan? menurut pendapat saya karakter siswa ,situasi lingkungan sekolah atau prasarana kemudian karakteristik materi..
BalasHapus