Rabu, 14 Februari 2018

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KHAS SAINS


Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang yang disyaratkan.
Menurut Amri (2013: 34) model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:
1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Model pembelajaran IPA menggambarkan bagaimana pembelajaran IPA dilakukan. Dewasa ini telah dikembangkan bermacam-macam model pembelajaran oleh para ahli. Di antara model-model pembelajaran tersebut ada yang dirancang secara umum tetapi cocok digunakan untuk pembelajaran IPA, namun ada yang memang dirancang khusus  atau khas untuk pembelajaran IPA. Beberapa model tersebut akan diuraikan, agar dapat dipahami karakteristiknya masing-masing.

     1.      MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) didasarkan pada hasil penelitian Barrow and Tamblyn (1980, Barret, 2005) dan pertama kali diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster University Kanda pada tahun 60-an. PBM sebagai sebuah pendekatan pembelajaran diterapkan dengan alasan bahwa PBM sangat efektif untuk sekolah kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan kemudian dituntut untuk memecahkannya.
Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem Based Learning adalah pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik Model Problem Based Learning
Ciri yang paling utama dari model pembelajaran Problem Based Learning yaitu dimunculkannya masalah pada awal pembelajarannya.. Menurut Arends (Trianto, 2007,h. 68), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.       Pengajuan pertanyaan atau masalah
b.      Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu
c.       Penyelidikan autentik (nyata)
d.       Menghasilkan produk dan memamerkannya
e.       Kolaboratif

Tahap-Tahap dalam Problem Based Learning
Pelaksanaan model Problem Based Learning terdiri dari 5 tahap proses, yaitu (Trianto, 2007:70 ):
  • *  Tahap pertama, adalah proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.
  • *  Tahap kedua, mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
  • *  Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
  • *  Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.
  • * Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.


Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning
Kelebihan
Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning memiliki beberapa kelebihan, diantaranya (Sanjaya, 2007:45):
1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
2. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.
3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata.
4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
5. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
6. Memberikan kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
7. Mengembangkan minat siswa untuk secaraterus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
8. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia.

Kelemahan
Disamping kebihan di atas, Problem based learning juga memiliki kelemahan, diantaranya (Sanjaya, 2007:45):
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.
2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
3. Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas
4. Membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik

      2.      MODEL DISCOVERY LEARNING
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Menurut Kurniasih & Sani (2014: 64) discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Selanjutnya, Sani (2014: 97) mengungkapkan bahwa discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Model Discovery Learning merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung dan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Bahan ajar yang disajikan dalam bentuk pertanyaan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Jadi siswa memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya tidak melalui pemberitahuan, melainkan melalui penemuan sendiri
Penggunaan discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori, siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery, siswa menemukan informasi sendiri. Mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

Karakteristik Model Discovery Learning
a) Peran guru sebagai pembimbing;
b) Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan;
c) Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat   kesimpulan.

Langkah-langkah Model Discovery Learning
Pengaplikasian model discovery learning dalam pembelajaran, terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani (2014: 68-71) mengemukakan langkah-langkah operasional model discovery learning yaitu sebagai berikut.
a. Langkah persiapan model discovery learning
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melakukan identifikasi karakteristik siswa.
3) Memilih materi pelajaran.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif.
5)Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

b. Prosedur aplikasi model discovery learning
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang)
Pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

2) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
 3) Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.
 4) Data processing (pengolahan data)
     Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Tahap ini berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi, sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dari alternatif jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara logis
 5) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
6) Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning
Kelebihan
Kelebihan dari model discovery learning yakni sebagai berikut:
a.    Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif.
b.    Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer
c.    Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.
d.   Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lain.
e.    Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
f.     Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
g.    Melatih siswa belajar mandiri.
h.    Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, karena ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir

Kekurangan
Kekurangan dari model discovery learning yaitu
a.    Menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing,
b.    Temampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan
c.    Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap model pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir agar berjalan secara optimal

    3.      MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan yang dirumuskan. Dalam model pembelajaran inkuiri siswa terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.
Model inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, dimana siswa dapat menemukan atau meneliti masalah berdasarkan fakta untuk memperoleh data, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam belajar.

Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry  
a. Model inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya model inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, jadi siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan sendiri untuk menemukan inti dari materi pelajaran itu sendiri.
b.      Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawab sendiri dari suatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap rasa percaya diri.
c.       Tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah mengembangkan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Inquiry
a.    Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
b.      Merumusakan masalah
Langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah dan mencari jawaban yang tepat.
c.         Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji dan perlu diuji kebenarannya..
d.        Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaanpertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e.      Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
f.      Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan tujuan akhir dalam proses pembelajaran.

Kelebihan dan Kekurangan Model Inquiry
Kelebihan
1.      Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
2.       Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar meraka.
3.      Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku.
4.      Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar

Kekurangan
1.      Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.      Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
3.      Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4.      Semua kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model inkuiri akan sulit diimplemintasikan oleh setiap guru.


4    MODEL PROJECT BASED LEARNING
Project based learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek. PjBL adalah model pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk membangun dan mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata secara mandiri.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha siswa (Kemdikbud, 2014: 33).

Karakteristik Project based learning (PjBL)
Model pembelajaran ini memiliki tujuh karakteristik sebagai berikut:
a. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
c. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan.
d.Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan.
e. Proses evaluasi dijalankan secara kontinu.
f. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan.
g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif.
  h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.


Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning
a.      Start With the Essential Question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa. dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
b.      Design a Plan for the Project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c.       Create a Schedule
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek, membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek, membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
d.      Monitor the Students and the Progress of the Project
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
e.       Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f.       Evaluate the Experience
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu.

Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning
Kelebihan
1.   Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting
2.    Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang kompleks
3.    Membuat siswa lebih aktif
4.    Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama
5.    Mendorong siswa mempraktikkan keterampilan berkomunikasi
6.    Meningkatkatkan kemampuan siswa dalam mengelola sumber daya
7.    Memberi pengalaman kepada siswa
8.    Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata
9.    Melibatkan siswa untuk belajar mengumpulkan informasi dan menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan permasalahan di dunia nyata
10.  Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

Kelemahan
1.      Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2.      Membutuhkan biaya yang cukup banyak
3.     Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas.
4.      Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5.  Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
6.      Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7.   Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

Berdasarkan uraian diatas Penulis ingin mendiskusikan beberapa bertanyaan dengan pembaca,antara lain:
1.    Ketika guru ingin mengimplementasikan suatu model pada pembelajaran sains hal apa saja atau karakteristik apa yang menjadi pertimbangan ketika memilih model yang akan di implementasikan?
2.  Setiap model pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, bisakah kita sebagai seorang guru mengatasi kelemahan pada model pembelajaran tersebut? Bagaimana caranya?
3.   Selain 4 model pembelajaran yang telah diulas diatas, model pembelajaran lain apakah yang cocok digunakan pada pembelajaran sains?
 

15 komentar:

  1. Banyak hal yang harus di perhatikan guru pada saat mengimplementasikan model pembelajaran. Salah satunya, guru harus memperhatikan apakah sesuai atau tidak antara materi dengan model yang akan di gunakan. Jika sesuai guru bisa melanjutkan penggunaan model tersebut, namun jika tidak guru harus menggantikannya dengan model lain. Agar bisa sinkron antara materi dengan model yg digunakan.

    BalasHapus
  2. Robin Fogarty (1991) mengatakan terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Dari kesepuluh model pembelajaran terpadu yang dapat dugunakan sebagai model pengganti dari model yang penulis artikel tulis.

    Salam
    Agung Laksono

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum wr.wb
    Saya mencoba menanggapi pertanyaan yang terakhir.
    Keempat model di artikel yg saudari papar kan adalah model yg dianjurkan dalam pembeljaran sains di k 13 sekarang ini.jika ingin menggunakan model yang lain saya rasa kita juga pernah di membahasnya di mata kuliah ipa terpadu disana ada 10 model yang dijelaskan seperti connected, nested, sequenced,integrated, fragmented, connected, nested, sequenced,
    immersed, dan networked
    Terima kasih

    BalasHapus
  4. Saya mencoba menanggapi pertanyaan no 2. Menurt saya cara mengatasi kelemahan dri sebuah model adlah dgn menonjolkan kelebihan dari masing" model trsbt. Sehingga tidak trlihat klemahannya dan guru d tuntut untk bisa propesional dlm menggunakn model trsbt. Cnth model Projek based learning. Klmahan adlah waktu yg lama. Jd guru mampu memeneg wktu agar klmahan it tidak bgt tmpak..

    BalasHapus
  5. Menaggapi pertanyaan nomor 2. Setiap model pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, bisakah kita sebagai seorang guru mengatasi kelemahan pada model pembelajaran tersebut? Bagaimana caranya?

    Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran tersebut guru perlu mempersiapkan perangkat pembelajaran sebaik mungkin, sehingga siswa juga mudah dalam memahami instruksi yang diberikan. Selain itu guru juga perlu melengkapi dengan media pembelajaran yang memadai untuk mengatasi dan memaksimalkan pembelajaran.
    Terima kasih,.

    BalasHapus
  6. Menanggapi pertanyaan No 1 menurut saya
    1. Kita terlebih dahulu harus tau keadaan tingkat kecerdasan siswa kita.
    2. Tujuan yang hendak dicapai berdasarkan model yang akan kita terapkan
    3. Situasi, mIsalnya Situasi kelas dan situasi lingkungan
    4.dan yang terakhir sifat pengajaran
    Trimakasih

    BalasHapus
  7. Saya akan menanggapi pertanyaan sdri.Della yaitu: Setiap model pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, bisakah kita sebagai seorang guru mengatasi kelemahan pada model pembelajaran tersebut? Bagaimana caranya?

    Setiap model pembelajaran pastilah memiliki sisi kekuatan dan kelemahan. Dalam mengatasi kelemahan model pembelajaran tsb, seorang guru harus bisa menguasai model tsb agar tidak keluar jalur,misalnya saja guru harus tahu bagaimana sintak dari model yg digunakan, guru juga harus bisa menyesuaikan jalannya pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya dan Guru juga harus menyiapkan perangkat pembelajaran lainnya. Selain itu,guru juga harus bisa mengontrol jalannya KBM dengan baik.

    Terima kasih.

    BalasHapus
  8. Terimakasih artikelnya, sangat bermanfaat. Mencoba menanggapi dan saling berdiskusi tentang pertanyaan terakhir,apakah ada model lain yg cocok untuk pembelajaran sains. Saya pernah membaca buku dan berdiskusi mengenai model pembelajaran terpadu terutama untuk smp yg menggabungkan pembelajaran kimia fisika biologi dalam 1 PBM. Model2 tersebut ada 10 diantaranya ada connected,webbed,shared,dll.. Model ini mungkin cocok jika kita gunakan dalam belajar sains.selain itu model cooperative dengan bermacam tipe nya juga cocok digunakan dalam pembelajaran sains.Terimakasih

    BalasHapus
  9. Terima kasih ulasannya sangat menarik. Saya akan menanggapi pertanyaan yang no 3. Tentunya ada dan banyak model pembelajaran lain yang cocok untuk pembelajran Sains seperti cooperative learning, collaborative learning, PKPM, Learning cycle 5E,dan 10 model pembelajaran terpadu yang cocok untuk memadukan tiga pembelajaran sains ( fisika, biologi dan kimia) yaitu (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.

    BalasHapus
  10. Assalamualaikum..
    Menurut saya untuk mengatasi kelemahan didalam pembelajaran maka sebaiknya yang mesti disiapkan adalah perangkat pembelajaran yang baik sesuai dengan materi, buatlah rpp dengan seefisien mungkin sehingga tidak memakan waktu yang lama. terimakasih

    BalasHapus
  11. setiap model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya kemudian bagaimana cara mengatasinya yaitu dengan cara memanfaatkan model pembelajaran lain untuk saling menutupi kekurangan masing-masing model tersebut.

    BalasHapus
  12. saya akan mencoba menjawab pertanyaan Setiap model pembelajaran terdapat beberapa kelemahan, bisakah kita sebagai seorang guru mengatasi kelemahan pada model pembelajaran tersebut? Bagaimana caranya?
    setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing,untuk mengatasi hal tersebut guru haruslah mempunyai perangkat pembelajaran,guru harus memahami model pembelajaran yg digunakan,memahami langkah2 dri model pembelajaran tersebut sehingga ketika guru memberikan instruksi kepada siswa,siswa juga mudah dalam memahami instruksi yang diberikan.serta guru bisa juga menggunakan media atau alat pembelajaran agar lebih maksimal dlam proses pengajaran.terimakasih ^_^

    BalasHapus
  13. Assalamualaikum, saya ingin mencoba menanggapi pertanyaan nomor 1, yang harus diperhatikan adalah melihat situasi pada sekolah tersebut apakah sarana dan prasarana memadai, apakah kondisi siswa cukup (jumlah) dan mampu (kualitasnya), apakah guru mampu mengaplikasikan model tersebut, jika ketiga aspek ini ada maka dapat diterapkan pada sekolah tersebut

    BalasHapus
  14. sharing untuk pertanyaan nomor satu be dela, sangat bnyak model yang dapt digunakan dalam pembelajaran sains tidak hanya terfokus kepda keempat model tersebut saja, contohnya model pembelajran immersed, connected, nested dan model2 pembelajaran terpadu lainnya, guru dapat memnyesuaikan dengan kebutuhan materi dan ketersediaan fasilitas pendukung proses pembelajaran, terimakasih

    BalasHapus
  15. Ketika guru ingin mengimplementasikan suatu model pada pembelajaran sains hal apa saja atau karakteristik apa yang menjadi pertimbangan ketika memilih model yang akan di implementasikan? menurut pendapat saya karakter siswa ,situasi lingkungan sekolah atau prasarana kemudian karakteristik materi..

    BalasHapus

 

Model dan Evaluasi Pembelajaran Sains Template by Ipietoon Cute Blog Design