Abad ke-21 ditandai sebagai abad
keterbukaan atau abad globalisasi, artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang
fundamental yang berbeda dengan tata
kehidupan dalam abad sebelumnya. Abad
21 ditandai oleh pesatnya perkembangan sains dan teknologi dalam bidang
kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Mengacu
pada pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan dihadapkan pada
tantangan yang semakin berat, salah satunya tantangan tersebut adalah bahwa
pendidikan hendaknya mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki
kemampuan utuh dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.
Era pengetahuan di abad 21 dicirikan
adanya pertautan dalam dunia ilmu pengetahuan secara komprehensif. Era global
serta pengintegrasian teknologi dalam pendidikan, turut mempercepat terjadinya
sinergi pengetahuan lintas bidang ilmu, sehingga melahirkan bidang ilmu baru
seperti: kimiafisik, biokimia, biofisika, bioteknologi, dll. Hal ini merupakan
tantangan terutama dalam dunia pendidikan.
Perubahan yang
terjadi pada abad ke-21 menurut Trilling and Fadel (2009) adalah:
(a) dunia
yang
kecil, karena dihubungkan oleh teknologi dan transportasi;
(b) pertumbuhan
yang cepat untuk layanan
teknologi dan media informasi;
(c) pertumbuhan
ekonomi global yang mempengaruhi
perubahan
pekerjaan dan pendapatan;
(d) menekankan
pada pengelolaan sumberdaya: air, makanan
dan
energi;
(e) kerjasama
dalam penanganan pengelolaan lingkungan;
(f) peningkatan keamanan
Satu ciri yang paling
menonjol pada abad
ke-21 adalah semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi di
antaranya menjadi semakin
cepat. Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan,
telah terbukti semakin menyempitnya dan meleburnya faktor “ruang dan waktu”
yang selama ini aspek penentu kecepatan dan keberhasilan penguasaan ilmu
pengetahuan oleh umat manusia (BSNP:2010). P21 (Partnership for 21st Century
Learning) mengembangkan framework pembelajaran di abad 21 yang menuntut peserta didik
untuk memiliki keterampilan, pengetahuan dan kemampuan dibidang teknologi, media dan informasi,
keterampilan pembelajaran dan inovasi serta keterampilan hidup dan karir (P21, 2015). Framework ini
juga menjelaskan tentang keterampilan, pengetahuan dan keahlian yang harus dikuasai agar siswa
dapat sukses dalam kehidupan dan pekerjaannya.
Pada pembelajaran abad 21 ini
terjadi perubahan paradigma belajar yaitu, dari paradigma teaching menjadi
paradigma learning. Artinya bahwa sebelumnya pembelajaran hanya berpusat
pada guru sedangkan saat ini pembelajaran berpusat pada peserta didik, dalam
hal ini guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar melainkan lebih
banyak mengarah sebagai fasilitator dalam proses belajar. Adapun visi
pendidikan abad 21 yang lebih berdasarkan pada paradigma learning adalah
belajar berpikir yang berorientasi pada pengetahuan logis dan rasional, belajar
berbuat yang berorientasi pada bagaimana mengatasi masalah, belajar menjadi
mandiri yang berorientasi pada pembentukan karakter, dan belajar hidup bersama
yang berorientasi untuk bersikap toleran dan siap bekerjasama.
Arah
pendidikan abad 21 ini sangat relevan dengan tujuan pendidikan di Indonesia
sebagaimana tercantum Undang Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pendidikan
Nasional berfungsi dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Y.M.E, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
PEMBELAJARAN SAINS ABAD 21
Pada abad 21 ini
persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan
khususnya pendidikan sains yang sangat ketat. Kita dihadapkan pada tuntutan
akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas serta mampu berkompetisi.
Sumber daya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh pendidikan yang
berkualitas dapat menjadi kekuatan utama untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi dalam pendidikan. Salah satu cara yang ditempuh adalah melalui
peningkatan mutu pendidikan. Saat ini peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
khususnya peningkatan mutu pendidikan masih terus diupayakan karena sangat
diyakini bahwa IPA sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting
dalam pengembangan IPTEK.
Pembelajaran IPA yang
didasarkan pada standar isi akan membentuk siswa yang memiliki bekal :
o Ilmu pengetahuan (have a body of knowledge),
o keterampilan ilmiah (scientific skills),
o Keterampilan berpikir (thinking skills) dan
o Strategi berpikir (strategy of thinking);
o Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative
thinking);
o Standar asesmen mengevaluasi siswa secara manusiawi
artinya sesuai apa yang dialami siswa dalam pembelajaran (authentic
assessment)
Penerapan
standar-standar dalam pembelajaran IPA khususnya empat standar tersebut akan
memberikan soft skill berupa karakter siswa, untuk itu sangat diperlukan
pembelajaran IPA yang menerapkan standar-standar guna membangun karakter siswa.
Siswa yang berkarakter dapat dicirikan apabila siswa memiliki kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha
untuk memahami lingkungan.
Kurikulum 2013
disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan.
Pergeseran paradigma belajar abad 21 dan kerangka kompetensi abad 21 menjadi
pijakan di dalam pengembangan kurikulum 2013. Pengembangan
kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan Indonesia yang :
Produktif,
Kreatif, Inovatif, Dan Afektif ,
melalui:
Penguatan Sikap (Tahu Mengapa),
Keterampilan (Tahu Bagaimana), Dan Pengetahuan (Tahu Apa) Yang Terintegrasi.
Diakui dalam
perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan abad 21, memang telah terjadi
pergeseran baik ciri maupun model pembelajaran. Inilah yang diantisipasi pada
kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 ini, mata pelajaran IPA di tingkat Sekolah
Menengah Pertama, mata pelajaran IPA dikemas secara terintegrasi pada keilmuan
IPA, terintegrasi dengan pembentukan karakter. Perubahan pendidikan dan mindset
para guru harus didasarkan pada kecakapan/ketrampilan apa saja yang nantinya
dibutuhkan oleh para siswa di 21st century ini untuk dapat mencapai
partisipasi penuh di masyarakat.
Di era Abad 21, pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara:
inkuiri ilmiah ( scientific
inquiry) dengan pendekatan berpusat pada siswa (student centered
learning) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif (creative
thinking) dan berpikir kritis (critical thinking),
mampu memecahkan masalah, melatih kemampuan inovasi dan menekankan pentingnya
kolaborasi dan komunikasi. Keterampilan
berpikir yang dikembangkan sebaiknya sudah menjangkau keterampilan berpikir
tingkat tinggi (High Order Thinking Skills) yang jika dijangkau dengan
ranah kognitif pada Taksonomi Bloom berada pada level analisis, sintesis,
evaluasi dan kreasi. Sehingga pembelajaran harus sesuai dengan karakter dan domain
IPA yang meliputi domain konsep, proses, kreativitas, sikap atau tingkah laku.
Menurut Jennifer Nichols manajemen pendidikan abad 21 di
kelompokkan ke dalam 4 prinsip, yaitu: Instruction should be
student-centered, Education should be collaborative, Learning
should have context; dan Schools should be integrated with society.
Keempat prinsip pokok pembelajaran abad ke 21 yang digagas
Jennifer Nichols tersebut dapat dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut
ini:
a. Instruction
should be student-centered
Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang
dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi
pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya,
sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi
di masyarakat.
Pembelajaran berpusat pada siswa bukan berarti guru
menyerahkan kontrol belajar kepada siswa sepenuhnya. Intervensi guru masih
tetap diperlukan. Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu
mengaitkan pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa
dengan informasi baru yang akan dipelajarinya. Memberi kesempatan siswa untuk
belajar sesuai dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing dan mendorong
siswa untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang dilakukannya.
Selain itu, guru juga berperan sebagai pembimbing, yang berupaya membantu siswa
ketika menemukan kesulitan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya.
b. Education
should be collaborative
Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan
orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan
nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa
perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam
mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai
kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan
menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
Begitu juga, sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya
dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan
dunia untuk saling berbagi informasi dan penglaman tentang praktik dan metode
pembelajaran yang telah dikembangkannya. Kemudian, mereka bersedia melakukan
perubahan metode pembelajarannya agar menjadi lebih baik.
c. Learning
should have context
Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi
dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru
mengembangkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan
dunia nyata (real word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai,
makna dan keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Guru melakukan penilaian
kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.
d. Schools
should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat
dalam lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian
masyarakat, dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas
tertentu dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan
program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan,
lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula
mengunjungi panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian
sosialnya.
Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa
berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar
sekolah atau tempat tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang
ada di berbagai belahan dunia. Pendidikan perlu membantu siswa menjadi warga
digital yang bertanggung jawab.
KETERAMPILAN ABAD 21
Berbagai organisasi mencoba
merumuskan berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi abad ke-21. Namun, satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah
bahwa mendidik generasi muda di abad ke-21 tidak bisa hanya dilakukan melalui
satu pendekatan saja.
Wagner (2010) dan
Change Leadership Group dari Universitas Harvard mengidentifikasi kompetensi
dan keterampilan bertahan hidup yang diperlukan oleh siswa dalam menghadapi
kehidupan, dunia kerja, dan kewarganegaraan di abad ke-21 ditekankan pada tujuh
(7) keterampilan berikut:
(1) kemampuan berpikir kritis dan
pemecahan masalah,
(2) kolaborasi dan kepemimpinan,
(3)
ketangkasan dan kemampuan beradaptasi,
(4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur,
(5) mampu berkomunikasi efektif baik
secara oral maupun tertulis,
(6) mampu mengakses dan menganalisis
informasi, dan
(7) memiliki rasa ingin tahu dan
imajinasi
US-based Partnership
for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di
abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- communication,
collaboration, critical thinking, dan
creativity. Delors Report (1996)
dari International Commission on Education for the Twenty-first Century,
mengajukan empat visi pembelajaran yaitu pengetahuan, pemahaman,
kompetensi untuk hidup, dan kompetensi untuk bertindak. Selain visi tersebut
juga dirumuskan empat prinsip yang dikenal sebagai empat pilar pendidikan yaitu
learning to know, lerning to do,
learning to be dan learning to live together.
Learning to Know
Belajar mengetahui merupakan kegiatan
untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan materi pengetahuan. Penguasaan
materi merupakan salah satu hal penting bagi siswa di abad ke-21. Siswa juga
harus memiliki kemauan untuk belajar sepanjang hayat. Pembelajaran di abad ke-21
hendaknya lebih menekankan pada tema pembelajaran interdisipliner. Empat
tema khusus yang relevan dengan kehidupan modern adalah: 1) kesadaran global;
2) literasi finansial, ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan; 3) literasi
kewarganegaraan; dan 4) literasi kesehatan. Tema-tema ini perlu dibelajarkan di
sekolah untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan dan dunia kerja di masa
mendatang dengan lebih baik.
Learning to Do
Agar mampu menyesuaikan diri dan
beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu
belajar berkarya. Siswa maupun orang dewasa sama-sama memerlukan pengetahuan
akademik dan terapan, dapat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif
dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam
keterampilan yang berharga.
Learning
to Be
Keterampilan akademik dan kognitif
memang keterampilan yang penting bagi seorang siswa, namun bukan merupakan
satu-satunya keterampilan yang diperlukan siswa untuk menjadi sukses. Siswa
yang memiliki kompetensi kognitif yang fundamental merupakan pribadi yang
berkualitas dan beridentitas. Siswa seperti ini mampu menanggapi kegagalan serta
konflik dan krisis, serta siap menghadapi dan mengatasi masalah sulit di abad
ke-21. Secara khusus, generasi muda harus mampu bekerja dan belajar bersama
dengan beragam kelompok dalam berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan sosial,
dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Learning to Live Together
Berbagai bukti
menunjukkan bahwa siswa yang bekerja secara kooperatif dapat mencapai level
kemampuan yang lebih tinggi jika ditinjau dari hasil pemikiran dan kemampuan
untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang panjang dari pada siswa yang
bekerja secara individu. Belajar bersama akan memberikan kesempatan bagi siswa
untuk terlibat aktif dalam diskusi, senantiasa memantau strategi dan pencapaian
belajar mereka dan menjadi pemikir kritis.
Berdasarkan artikel diatas penulis ingin berdiskusi
bersama mengenai beberapa pertanyaan antara lain:
1.
Apa
saja kesiapan yang harus dimiiki oleh seorang pendidik (guru) ketika menghadapi
proses pembelajaran pada abad 21 ini?
2.
Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan menjadi ciri utama
pada
pendidikan abad 21. Jika kita sebagai seorang pendidik dihadapkan pada kondisi sekolah
yang terbatas pada sarana dan prasarana yang menunjang dalam pendidikan abad 21,
apakah usaha yang dapat kita lakukan agar tidak tertinggal dibandingkan dengan
sekolah memiliki fasilitas yang mamadai?
3.
Apakah pembelajaran IPA pada kurikulum
2013 sudah dirancang sesuai untuk menunjang pembelajaran abad ke-21?
-TERIMA
KASIH-
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya akan menyikapin pertanyaan yg no 2 kesiapan yang harus dimilik?
BalasHapusKompetensi profesional,Kompetensi pedagogik,Kompetensi,kepribadian,Kompetensi sosial dan Karena semua nya harus berawal dari kompetensi kalau guru sdh mimiliki itu semua.otomatis guru mampu bersaing dri abad apa pun itu krn mereka tdk tkut lagi akan peralihan zaman itu tadi.
Sebagai seorang guru yang harus dimiiki ketika menghadapi proses pembelajaran pada abad 21 ini memiliki Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya, Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi, dan Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas.
BalasHapusSalam
Agung Laksono
Menanggapi pertanyaan nomor 3. Apakah pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 sudah dirancang sesuai untuk menunjang pembelajaran abad ke-21?
BalasHapusMenurut saya sudah. Sesuai dengan yang dirancang dalam RPP dan buku pegangan guru, pada K13 pembelajaran IPA sudah dirancang agar siswa mampu melakukan proses pembelajaran secara mandiri sesuai pembelajaran abad 21.
saya menanggapi pertanyaan no 3
BalasHapusApakah pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 sudah dirancang sesuai untuk menunjang pembelajaran abad ke-21?
menurut pendapat saya sudah, ini bisa kita lihat dari proses belajarnya yang menggunakan teknologi berupa media pembelajaran yang epektif untuk di gunakan dalam menjelaskan materi pembelajaran IPA khususnya, kemudian dalam menggunakan model pembelajaran guru sudah menggunakan model pembelajaran collaborative yaitu gaya belajar kelompok agar siswa bisa mandiri dan kreatif dan ini semua tertera di kurikulum K13.
Saya akan menanggapi pertanyaan no.1
BalasHapusseorang guru harus siap manjadi manusia yang dinamis dan berfikir ke depan(futuristic) dengan tanda-tanda dimilikinya sifat informatif, modern, bersemangat, dan komitmen untuk pengembangan individu maupun bersama-sama. Dan yang tak kalah penting, guru diharuskan mampu menguasai IT, atau setidak-tidaknya mampu mengoperasionalkan. hal mendasar yang harus dimiliki guru adalah kekayaan pengetahuan dan kompetensi materi yang akan diajarkan. Dengan adanya hal tersebut guru akan dapat mengajar dengan baik, lugas dan lancar.
Assalamualaikum, terima kasih uraiannya saudari Della. Saya akan menanggapi pertanyaan yang ketiga. Menurut saya pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 sudah dirancang sesuai untuk menunjang pembelajaran abad ke-21. Hal ini dapat kita perhatikan pada Revisi RPP yang telah dirancang sedemikian mungkin untuk mengejar peningkatan pembelajaran dan tekhnologi. Terutama pada pendidikan karakter yang telah diterapkan dalam kurikulum 2013
BalasHapusAssalamualaikum wr.wb
BalasHapusSaya mencoba menanggapi pertanyaan no 1.kesiapan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik (guru) ketika menghadapi proses pembelajaran pada abad 21 ?
Guru profesional tidak lagi sekedar guru yang mampu mengajar dengan baik melainkan guru yang mampu menjadi pembelajar dan agen perubahan sekolah, dan juga mampu menjalin dan mengembangkan hubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya. Untuk itu, guru membutuhkan pengembangan profesional yang efektif yaitu pembimbingan.
Guru pada abad 21 ditantang untuk melakukan akselerasi terhadap perkembangan informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi informasi telah meningkatkan fleksibelitas dalam pemerolehan ilmu pengetahuan bagi setiap individu baik guru maupun siswa. Konsekuensinya, guru dituntut mampu mengembangkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan lingkungan.
Terima kasih
Menanggapi soal no 1. Kesiapan yg harus dimiliki seorang pendidik di abad 21. seharusnya guru pada abad 21 benar-benar merupakan guru yang profesional, agar mampu menghadapi tantangan abad 21. Untuk itu, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, serta kompetensi pedagogik seorang guru perlu dikembangkan sehingga mampu mendidik siswa yang mempunyai kemampuan memprediksi dan menanggulangi
BalasHapusAssalamualaikum, saya akan mencoba menjawab pertanyaan nmor 1, yg harus guru persiapkan adalah guru tersebut harus memahami teknologi , ini wajib hukumnya pada saat abad 21 ini, guru harus bisa memanfaatkan beragam media dengan kreatif , selain itu guru juga harus dapat mengatur sistem pembelajaran yg dapat mengaktifkan siswa secara penuh atau pembelajaran berpusat pada siswa.Guru pada abad ke 21 harus profesional dan berwawasan luas agar tidak tertinggal pengetahuan dari siswa dikarenakan siswa bisa dengan leluasa mendapat informasi dri internet.
BalasHapusAssalamualaikum, saya akan mencoba menjawab pertanyaan nmor 1, yg harus guru persiapkan adalah guru tersebut harus memahami teknologi , ini wajib hukumnya pada saat abad 21 ini, guru harus bisa memanfaatkan beragam media dengan kreatif , selain itu guru juga harus dapat mengatur sistem pembelajaran yg dapat mengaktifkan siswa secara penuh atau pembelajaran berpusat pada siswa.Guru pada abad ke 21 harus profesional dan berwawasan luas agar tidak tertinggal pengetahuan dari siswa dikarenakan siswa bisa dengan leluasa mendapat informasi dri internet.
BalasHapusterimakasih atas ulasannya.. pertanyaan kedua penulis sangat menarik, seperti yang kita tahu akses teknologi disetiap tempat tentu berbeda. mulai dari jaringan internet yang mungkin belum tersebar dibeberapa daerah, sampai dengan keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran. lalu apakah PBM bisa berjalan sesuai dengan tuntutan abad 21 dan tidak tertinggal dengan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana memadai?? menurut saya bisa saja PBM dilakukan sesuai dengan tuntutan abad 21, selama guru yang mengajar kreatif dan menggunakan penggunaan model yang cocok di daerah tersebut, lalu dibantu dengan sumber-sumber yang ada disekolah dan daerah tersebut. peran kida sebagai pendidik yang pertama adalah kita harus memiliki skill yang mumpuni dibidang kita,menguasai model pembelajaran yang cocok di sekolah tempat kita mengajar. jika hal itu kita miliki maka proses belajar mengajar akan berjalan sesuai tunutan abad 21 dan tidak tertinggal dengan sekolah lainnya.
BalasHapusJawaban pertanyaan 3,pembelajaran IPA kur 13 sdh sesuai utk menunjang pembelajaran,lebih baik guru menguasai IT,metode pembelajaran,aplikasi sehingg a mudahkan siswa untuk mencapai 4 pilarpendidikan.Siswa aktif membuktikan kebenaran teori/hukum dlm IPA melalui praktikum atau animasi,hal ini menuntut kreativitas guru
BalasHapus